![]() |
Menko Luhut B. Pandjaitan |
JAKARTA -
Menko Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan angkat bicara mengenai investasi
di Indonesia. Hal tersebut Ia sampaikan
pada wartawan setelah menghadiri Rapat Kerja Penetapan RAPBN 2020 di Ruang
Rapat Banggar DPR-RI, Jakarta pada Senin (09-09-2019).
Menurutnya
perkembangan supply chain di Indonesia patut diapresiasi. “Dulu kita ekspor raw
material ini cuman 350 juta USD, tahun lalu saja kita sudah eskpor itu setelah
nilai tambah, itu sudah 5,8 milyar USD. Itu angkanya bisa dilihat kok itu,
tahun ini bisa sekian 7 milyar USD. Tahun depan itu akan 12 milyar USD, pada
tahun 2024 itu akan 30 milyar USD. Investasi sepanjang ini termasuk tadi
lithium baterai, recycle baterai itu saya kira akan lebih dari 30 milyar USD
dalam 4-5 tahun ke depan ini,” tambahnya.
Dengan langkah
pembangunan seperti yang disebutkan di atas, Menko Luhut berharap bahwa
Indonesia dapat menjadi salah satu pemain global yang masuk ke dalam nominasi
The Global Supply Chain.
“Selama ini
kita ekspor kemana? 98% ke Cina. Kita itu hanya ekspor saja bawa itu tanah yang
isinya timah. Dan satu ton tanah itu belum tentu dapat 1 kg timah. Jadi berapa
juta ton yang sudah berpuluh-puluh tahun kita ekspor,” tuturnya.
Lebih lanjut
oleh Menko Luhut, mengenai penetapan harga akan ditentukan oleh pemerintah, dan
tidak diatur oleh pihak yang memiliki smelter. Ia juga menegaskan para
pihak-pihak yang terlibat agar menuntaskan projek smelter yang belum atau
sedang dalam proses pengerjaan segera.
“Sekarang,
kita gak berhenti disitu saja. Presiden sudah memerintahkan kita untuk melihat
juga material-material dasar kita yang lainnya, misalnya timah. Masa harga
timah ditentukan di Singapura? Masa tidak bisa buat supply chain nya itu coba.
Kenapa tidak kita buat industrinya dalam negeri,” tegas Menko Luhut.
Mengenai isu
para investor yang gagal berinvestasi di Indonesia, Menko Luhut sebutkan bawa
birokrasi seperti peraturan yang berbelit adalah salah satu penyebabnya.
“Sekarang oleh
Presiden dipotongin semua itu. Sekarang kita tiru aja Vietnam, kita tiru
Thailand, tiru Singapura, tiru Malaysia, itu aja benchmark kita,” tambahnya
lagi saat ditanyai target kerjasama yang akan dilakukan oleh Indonesia ke
depannya.
Dalam
kesempatan ini, Menko Luhut meminta masyarakat untuk melihat sisi positif dari
pembangunan ekonomi yang sedang dikerjakan oleh Pemerintah Indonesia.
“Kenapa sih
kita senang berkomentar, ada pabriknya, kan semua pekerjanya orang Indonesia.
Semua orang Indonesia yang disitu, mobil-mobil murah dan dipakai oleh rakyat
biasa,” ujarnya.
Menjawab
pertanyaan tentang pembangunan kereta cepat, Menko Luhut mengatakan pemerintah
belajar dari pengalaman pembangunan MRT.
“Saya pikir
kita masih in-favor kepada Jepang ini. Tapi Jepang ini juga tidak boleh semau
dia juga. Jangan seperti MRT, MRT kan kita dikunci banget. Kita juga punya
kebebasan, seperti local content, technic transfer,” jelas Menko Luhut. (ric)