![]() |
Asgar Saleh (Ketua LSM Rorano Malut) |
TERNATE
– Penderita
penyakit yang mematikan HIV/AIDS di Maluku Utara terus meningkat setiap tahun. Hal itu dikemukan
Ketua LSM Rorano Maluku Utara, Asgar Saleh, data menunjukkan 10 tahun terakhir, dari penemuan 2 orang kasus
yang mengidap HIV/AIDS, saat ini bertambah menjadi 1.349 orang yang sudah
terpapar (terinfeksi) HIV/AIDS.
Tercatat trend
peningkatan paling tinggi berada di Kabupaten Halmahera Utara (Halut) dan Kota
Ternate. “ Trend
peningkatannya rata-rata 400 lebih kasus, baik Halut maupun Kota Ternate,
kenapa dua daerah angkanya tinggi, karena mempunyai fasilitasnya yang cukup, sehingga
ketika orang sakit atau melakukan pemeriksaan rutin mudah diketahui,” ungkap
Asgar Saleh kepada Nusantaratimur.com, Sabtu (12/10).
Menurutnya, kenapa penyakit
HIV/AIDS terus meningkat, karena setiap tahun selalu ditemukan kasus baru. Pasalnya, tidak semua orang secara sadar melakukan
pemeriksaan diri, sehingga statusnya apakah terinfeksi HIV/AIDS atau tidak.
Tak hanya itu, nyaris
struktrur sosial yang ada di Maluku Utara sudah terpapar, sehingga butuh pola
penanganan yang serius. “ Jika tidak lakukan
sekarang, kemudian target untuk jadi zero, artinya tidak ada penemuan kasus
baru, maka pengidap yang ada saat ini yang kita obati, akan tapi, itu sulit
dicapai dalam kurung lima tahun kedepan,” tandasnya.
Apalagi kalau kita
melihat status sosial, Kata Asgar Saleh, khususnya di Maluku Utara, kita tidak
boleh lagi berspekulasi. Apakah ini beresiko atau tidak?, sebab dari status
sosial Orang Dengan AIDS (ODA), mulai Ibu Rumah Tangga (IRT) jumlah terbanyak terpapar HIV/AIDS, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pengawai Swasta, Anggota TNI/Polri,
Mahasiswa, Pelajar, Nelayan, Petani dan pegawai perusahan berpotensi terpapar,
ujarnya.
Asgar menyebutkan, minimnya fasilitas tidak menutupkan kemungkinan daerah lain, seperti Morotai, Halteng, Haltim, Halsel, Halbar, Kepsul,
dan Taliabu, trend peningkatannya cukup signifikan.
“ Daerah-daerah inikan
ada perusahan tambangnya di situ, banyak orang asing bekerja di sana, misalnya
morotai, daerah ini sangat terbuka, kenapa presentasinya sangat rendah, karena
memang belum ada fasilitas untuk pemeriksaan secara rutin. Itu yang menjadi
Problem, kalau misalnya dibuka layanan pemeriksaan di Morotai dan Halteng dipastikan
trend peningkatan dapat dilacak, tutur Asgar.
Sementara untuk
Kabupaten Halteng, itu angka penyakit menular seksual (IMS) meningkat, khusus Patani
(Halteng) angka IMS sangat tinggi, berdasarkan data dinas Kesehatan.
Hal itu disebabkan adanya
pertukaran orang dari Raja Ampat masuk ke Patani, melalui transportasi kapal ferry
rute Raja Ampat-Patani, yang berlangsung secara kontenyu setiap minggu, sehingga
berpotensi membawa HIV dengan imigrasi orang yang begitu besar.
“ Daerah yang
fasilitas layanan belum ada, saya yakin pasti angkanya cukup besar,” tutupnya. (ric)