![]() |
Foto: Ilustrasi |
Hal itu diungkapkan salah satu Kepala Desa yang enggan namanya diberitakan. Berdasarkan keterangannya kepada media ini bahwa setiap mengurus pencairan ADD dan DD ada oknum dari keuangan yang sering meminta uang.
“Setiap kali pencairan DD dan ADD ada oknum dari keuangan yang meminta uang kepada kami,” tuturnya kades kepada nusantaratimur.com, Kamis (5/12/2019).
Dia juga membeberkan cara si oknum ASN meminta uang ke sejumlah kades yakni menemui para kepala desa di bank BPD saat pencairan.
"Jadi saat sudah pencairan oknum tersebut sudah menunggu kami di deretan antrean para kades yang mengurus pencairan, lalu saat nama kades tertentu telah di panggil oleh kasir di Bank, si oknum itu, sudah datang dan mendekat ke kades lalu membisik, jangan lupa e uangnya supaya katong tara baku tagih lagi,” tutur kades menirukan ucapan oknum ASN ketika meminta uang.
Lalu ditanya nominal uang yang selalu di minta oknum ASN. “ Kalau dulu masih di angka ratusan, tapi di tahun 2019 ini di tahap pertama sudah 1 juta, lalu di tahap kedua sudah 2 juta, untuk tahap ketiga ini kita juga belum tahu berapa nominal yang diminta,” sambungnya.
“ Jadi selama tiga kali pencairan dalam satu tahun, katakanlah untuk tahun ini dengan ADD 3 kali dan DD tiga kali, berarti 6 kali pencairan di kali satu juta di tahap pertama dan di tahap kedua dengan nominal 2 juta. Ribuan masyarakat yang ada di desa saya, kalau pakai uang itu untuk belikan racun atau hama untuk kebunnya demi pemberdayaan semuanya pasti cukup, bahkan lebih,” ucap kades dengan nada bercanda.
Disinggung mengenai alasan permintaan uang oleh oknum ASN. Dirinya menyebut tidak mengetahui alasan tersebut. “ Hanya saja kalau tidak di kasih, maka kami akan di persulit di pencairan nantinya,”
"Saat ia minta, kami langsung ngasih saja, karena kapan kami menolak, maka kami akan dipersulit di pencairan,” bebernya.
Masih kata kades, kami sangat resah dengan pemotongan ini, karena masyarakat kami yang ada di desa pasti yang mereka tahu ADD dan DD yang di cairkan ini semuanya masih utuh nilainya bukan di potong seperti ini, tutupnya. (Ary)