![]() |
Foto: Jenazah FH saat di evakuasi |
TIDORE - Setelah
ditangkap polisi pada tanggal 20 Desember lalu, tersangka FH nekad mengakhiri hidupnya
dengan cara gantung diri di dalam Toilet (WC) tahanan Polres Tidore Kepulauan.
Lantaran, FH merasa terbebani
dengan kasus kriminalitas yang menimpah dirinya, sehingga nekad bunuh diri. Pasalnya,
FH diduga telah melakukan tindak pidana penipuan terhadap sejumlah dewan guru, kepala
sekolah dan lurah di Kota Tidore Kepulauan dengan mencatut nama Wakil Walikota
Kota Tidore Kepulauan Muhammad Sinen.
Informasi yang di himpun
media ini, dari hasil penipuan yang dilakukan oleh FH ditaksir mencapai Rp. 300
juta, sementara korban yang merasa dirugikan dalam kasus tindak pidana ini
sudah melaporkan kepada pihak yang berwajib berjumlah 3 orang.
Akan tetapi, kasus
ini tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan, sebab berdasarkan hasil pengembangan
ada korban lain yang baru mengadukan dengan kasus yang sama.
“Yang bersangkutan
inikan staf di Camat Obi, dan saya melakukan kroscek ke sana yang bersangkutan
memang sudah lama tidak melaksanakan dinas sekitar satu tahun, jadi terkait
aksi penipuan ini, taksiran untuk kerugian mencapai kisaran 300 juta, dan
informasi yang bersangkutan melakukan aksi dugaan penipuan itu sudah dimulai
sejak bulan Juli 2019.” ungkap Kasat Reskrim Polres Tidore Kepulauan, AKP. Dedy
Yudanto, kepada wartawan media ini melalui via telpon, Minggu (22/12/2019).
Ketika ditanya modus dalam
kasus ini, Kasat Reskrim, menyebutkan bahwa yang bersangkutan kemungkinan
berhasrat untuk mencari keuntungan demi memperkaya diri.
“Modus operasinya dia
(FH-red) itu dengan mempelajari keseharian si korban, siapa nama akrabnya, dan
biasanya pak wakil memanggil si korban dengan sebutan apa, dari situ dia bicara
seolah-olah dia kenal baik dengan mereka sehingga si korban tidak curiga, dan
dari hasil operasinya ini dia sudah berhasil menipu tiga orang,” ujar Dedy.
Sementara motif
gantung diri yang dilakukan tersangka FH, menurut Kasat Reskrim, berdasarkan
hasil pemeriksaan, FH kemungkinan merasa beban, sehingga dengan terpaksa harus mengakhiri hidupnya dengan gantung diri
mengunakan kain pembersih lantai di dalam toilet.
“Saat petugas piket
melakukan pengecekan dipagi hari (Sabtu kemarin), yang bersangkutan masih ada
bahkan ikut sarapan sebagaimana tahanan yang lain, kemudian sekitar pukul 10.00
Wit ketika petugas piket dari tahanan dan barang bukti (Tahti) Muhammad Fajri
melakukan pengecekan ulang terkait kesehatan dan jumlah tahanan, namun yang
bersangkutan katanya sedang buang air, di situ petugas kami langsung melakukan
pengecakan di toilet, dan memang benar yang bersangkutan sedang buang air
karena ada suara air dari dalam,” tuturnya.
Masih kata Kasat
Reskrim, setelah dilakukan pengecekan, petugas piket kemudian keluar untuk
melayani tiga orang keluarga dari tersangka pengeroyokan yang berasal dari
Kelurahan Payahe Kecamatan Oba yang sedang membawa makanan sebagaimana prosedur
kita yang mengharuskan dilakukan pengecekan terkait dengan apa yang dibawa oleh
pihak keluarga yang datang membesuk tahanan.
“Pada saat kita sudah
siap untuk melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan (FH), penyidik kami
kemudian melakukan pengecekan dan bertanya keberadaan yang bersangkutan kepada
sejumlah tahanan di situ, namun jawabannya masih sama bahwa yang bersangkutan
sedang buang air, karena buang airnya agak lama, penyidik kami sudah mulai
curiga sehingga pergi mengetok pintu toilet, namun tidak ada respon sama sekali.
Bahkan bunyi air pun sudah tidak ada, tapi karena penyidik kami harus mawas
diri supaya tidak terjadi apa-apa, pintunya kemudian didorong pakai sapu, dan
begitu pintunya dibuka hampir sepenuhnya terlihat sebagian tubuhnya sudah
tergantung, sehingga waktu kematiannya saya tidak tahu jam berapa, nanti bisa
diketahui setelah hasil visum,” tuturnya.
Terpisah, Wawali Kota
Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, ketika di konfirmasi mengenai kasus ini, Ia menyebutkan “ Turut Berduka Cita Atas Kepergian FH”. Namun terkait dengan
perbuatan yang dilakukan FH dengan mencatutnya nama namanya. Muhammad Sinen mengaku
telah memaafkan Almarhum. Bahkan niat tersebut untuk memaafkan FH sudah
ditanamkan sejak awal sebelum yang bersangkutan mengambil tindakan bunuh diri.
“Setelah di ketahui
siapa orangnya, saya berniat untuk memaafkan yang bersangkutan, karena menurut
saya yang terpenting kebenaran terkait dengan penipuan ini sudah terungkap
siapa pelakunya, sehingga nama baik saya bisa kembali diperbaiki dihadapan
publik, tetapi kalau soal kerugian yang dilakukan FH terhadap para korban, itu
sudah menjadi urusan dia (FH-red) dengan korban yang ditipu,” ujarnya.
Dari masalah
tersebut, Wawali kemudian menghimbau kepada seluruh jajaran Dewan Guru, Kepala
Sekolah, Pihak Lurah, Desa dan Kepala Dinas agar tidak mudah mempercayai orang
yang belum dikenal. Jika mengatasnamakan dirinya, sehingga dia berharap apabila
kedepannya terdapat masalah yang sama diharapkan agar terlebih dahulu bisa di konfirmasi
ke kepada dirinya mengenai informasi yang di terima.
“Saya hanya merasa
heran saja, karena biasanya kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun kelurahan,
seperti kegiatan kemasyarakatan itu biasanya juga saya yang bantu, bagaimana
bisa saya minta ke mereka,” pungkasnya. (Aidar)