![]() |
Taidy Siompo (Mantan BPD Desa Waiipa |
SANANA-
Anggaran
Dana Desa (DD) Waipa, Kecamatan Sanana, Kabupaten Kepualuan Sula (Kepsul)
diduga bermasalah. Hal itu disampaikan Mantan Ketua Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) Desa Wai Ipa, Taidy Siompo, wartawan media ini, Selasa (05/05/2020).
Menurut Taidy Siompo, telah
terjadi manipulsi laporan pertanggungjawaban fiktif di Bidang Pemberdayaan Tahun
Anggaran 2019 seperti pekerjaan tempat peternakan bebek dan ayam yang dianggarkan
sebesar Rp 36 juta tidak sesuai dengan perencanaan yang ada.
“ Pekerjaan tempat
peternakan mengunakan DD Tahun Anggaran 2019 hingga memasuki Tahun Anggaran
Tahun 2020 ini tidak selesai, tapi laporannya 100 persen, namun di lapangan
nihil,” tutur Taidy.
Lanjut Taidy, kalau
peternakan bebek sempat direalisasikan, akan tetapi tidak sampai 100 persen. Sedangkan,
peternakan ayam sama sekali tidak terealisasi. Padahal, anggaran peternakan
ayam dan bebek jumlah anggarannya sebesar Rp. 36 juta, namun anggaran yang
terpakai hanya sebagian saja, tetapi sisa anggarannya dikemanakan, tanya
Taidy.
Bahkan, mantan Kepala BPD
Waiipa, Taidy Siompo, membeberkan pembelanjaan ganda yang dilakukan Kepala Desa,
yakni belanja semen sebanyak 375 sak yang diperuntuhkan untuk kegiatan fisik diantaranya
jalan setapak dan saluran air.
Sementara, kata Taidy, semen sebanyak 375 sak tersebut, hanya digunakan
sebanyak 235 sak, sementara sisanya 140 sak diperuntuhkan untuk item yang lain
berupa pembelian pipa dan seng.
Padahal, belanja pipa dan
seng adalah kegiatan pada bidang lain seperti MCK. Sedangkan, anggaran MCK mempunyai
anggaran tersendiri, mengapa harus dicampur baur dengan harga semen sampai
setingkat anggaran Rp 6 juta itu dicabut dengan alasan untuk bayar harga
tukang.
“ Untuk kegiatan fisik
inikan anggarannya sudah ada termasuk pembayaran honor kerja tukang, kenapa
harus dicampur dengan harga semen itu lagi, ini namanya pembelanjaan ganda, ada
apa,” ucap Taidy.
Kepala Desa Waiipa, Adisen
Ipa, ketika di konfirmasi wartawan. Dia mengatakan mengenai peternakan ayam dan
bebek itu sudah realisasikan, tetapi itu tidak selesai disebabkan bahan yang dibelanjakan
di protes oleh warga.
“ Padahal bahan yang
dibelanjakan untuk tempat peternakan yang diinginkan warga itu tidak sesuai
dengan proposal yang diajukan,” kata Adisen. (di/red)