![]() |
Foto istimewa |
Oleh : Om Pala Melanesia
Belajar Dari Jokowi
Jokowi tidak sekedar presiden Republik Indonesia, Jokowi telah menjadi pemimpin dunia yang disegani, memimpin delegasi dunia membahas Isu-isu di G20 yang akan dilaksanakan di Bali, Jokowi hadir sebagai pemimpin dunia untuk menjaga stabilitas ekonomi dunia dari ancaman Resesi 2023 yang memiliki potensi melemahkan dunia, akan menjadi Isu yang dibicarakan di Bali.
Pemimpin besar yang mendunia itu, tampil sederhana, bahkan istrinya sebagai ibu negara tampil tidak neko-neko tidak kagetan, tidak "gagaweang", apa adanya, Jokowi dan Irene tak menampilkan kemewahan, telah memaksa banyak pemimpin untuk beradaptasi bahkan banyak istri pejabat yang sosialita harus turun kelas atau di paksa turun kelas dari adaptasi gaya Irene sang ibu negara yang sederhana tampilannya.
Jokowi dan Ibu negara datang ke Maluku Utara, membawa kesederhanaan membawa pelajaran pentingnya kesederhanaan dalam mengelola pemerintahan, agar rakyat dan bawahannya tidak bergaya hidup glamor, agar bawahan dan rakyat memahami pemimpinnya tidak menghambur-hamburkan kemewahan ke rakyatnya.
Jokowi juga mau mengajarkan kepada pemimpin daerah agar melewati jalan jangan bunyikan sirine yang melebihi mobil mayat, seolah mengusir rakyat dari jalan, karena sang penguasa uang rakyat yang akan lewat.
Jokowi mengajarkan agar setara, tidak berlebihan, tapi belum datang Jokowi kepala daerah sudah sangat arogan melewati jalan mengusir pengguna jalan, membuat macet dimana-mana karena kepala daerah mau lewat, tapi presidennya malah melarang membunyikan sirine, para kepala daerah belajarlah kepada Jokowi, agar jangan membuat gaduh di jalan, kalau mau lewat, lewat saja seperti warga biasa, jangan ada bunyi sirine dan macam-macam sangat menganggu aktivitas masyarakat.
Pemimpin Daerah jangan eklusif, sudah diberi speadboot milik Gubernur, jangan lagi bangun dermaga khusus, lalu berpisah dengan rakyat di Halmahera akibatnya pelabuhan Gubernur di perbaiki tapi pelabuhan rakyat di biarkan kumuh, janganlah memisahkan rakyat dengan pemimpinnya, jangan buat batas dengan rakyat, bukankah sebelum terpilih menjadi pemimpin datang ke rakyat meminta minta untuk di pilih, jangan begitu bos pemimpin kami di daerah, mari belajar pada Jokowi pentingnya kesederhanaan mengelola kepemimpinan untuk rakyat, terima kasih Jokowi telah menjadi guru baik bagi bangsa agar hidup sederhana mengelola rakyat.
Tentang Investasi
Presiden datang ke Maluku Utara, bukan soal BLT, tapi soal investasi tambang, yang saat ini menjadi primadona bagi perekonomian Indonesia. Presiden ingin memastikan soal investasi, apakah masih ada hambatan soal investasi, adakah UU, PP atau regulasi lain yang menghambatan gerak investasi di daerah ? Jika masih ada Presiden akan mengambil berbagai kebijakan untuk kemudahan dan kenyamanan investasi, karena itu menteri investasi di ajak Presiden dalam kunjungan kerja ke Maluku Utara.
Sisi lain Presiden juga ingin memastikan apakah ada problem tenaga kerja, baik tenaga kerja asing maupun tenaga kerja dalam negeri, bagimana kenyamanan tenaga kerja asing bekerja di Indonesia pada sektor tambang, ada hambatan atau tidak, agar presiden bisa mengambil kebijakan2 yang lebih memudahkan para pekerja, karena itu di ajak pula menteri tenaga kerja.
Jika presiden membatalkan kunjungan ke Haltim karena, menjadi baik agar Isu lain di soal tambang bisa di kurangi, yang dibutuhkan Maluku Utara saat ini, adalah keseimbangan ekonomi yang memberi efek bagi upaya pemulihan dan pertumbuhan yang kuat.
Kebijakan negara bagi pemulihan ekonomi dan investasi terasa cukup untuk mengerakkan ekonomi Indonesia melalu Maluku Utara, faktanya dari berbagai perubahan kebijakan di mulai sejak pembatasan ORI 0.5 telah mengerakkan ekonomi Maluku Utara, dan memberi konstribusi bagi perekonomian Indonesia yang makin kokoh, namun masih meninggalkan berbagai persoalan yang perlu menjadi perhatian Presiden
Maluku Utara dalam 3 tahun kedepan struktur ekonomi akan bergeser dari sektor pertanian ke sektor pertambangan di topang oleh industri, jika di potret secara makro maka terkesan membaik, oleh karena perubahan dari agraris ke industri, namun faktanya di Maluku Utara, pergeseran ke sektor industri justru membuat warga Maluku Utara memiliki potensi miskin yang cukup tinggi utamanya di kawasan pertambangan.
Maluku Utara, diberikan Rahmat sumberdaya alam, tapi penikmat sumberdaya alam justru Tiongkok, Maluku Utara mendapat efek kemiskinan dari arus modal dan tenaga kerja asing yang masuk, karena itu presiden perlu di berikan informasi atas dampak investasi kelas kakap, terhadap perekonomian warga uang tidak inklusif
Ada keberanian kepala daerah untuk mengungkap fakta-fakta yang terjadi seperti :
1. Gerak inflasi yg tidak wajar di Weda, Maba, Obi dan Malifut, 4 titik tumbuh tambang yang memberatkan warga sebagai sumber kemiskinan akibat tambang
2. Keselamatan kerja yang rentan kematian pada pekerja tambang
3. Kekuasaan investor tambang yang mengabaikan kewajiban ke daerah karena merasa berkuasa di sektor tambang
4. Pemberdayaan masyarakat di sekitar tambang melalui CSR, tidak optimal, mengerakan masyarakat
5. Problem kualitas sumberdaya manusia Maluku Utara yang kalah bersaing di sektor tambang menjadi bibit konflik masa depan.
Dan berbagai problem yang dirasakan ketidak Adilan investasi dari peran pelaku UMKM dan pelaku ekonomi lokal mengakses investasi di sektor tambang menjadi problem ikutan yang menghambat gerak ekonomi inklusif
Kehadiran presiden menjadi momentum penting untuk mendapatkan informasi yang lebih layak bagi penataan kebijakan negara dalam perlindungan bagi ekonomi lokal dan Nasional.(**)