Perempuan dan Gerakan Perlawanan

Editor: Admin

OLEH

Muhammad Muzijad Mandea

Ketua Literasi Pasifik Morotai

Berbicara tentang gerakan perlawanan terhadap penindasan, bukan hanya laki-laki yang berperan aktif dalam gerakan itu, melainkan ada sebagian perempuan bahkan jumlahnya lebih dari laki-laki yang juga turut mengambil bagian.

Dilansir dari WikipediA, perempuan adalah istilah jenis kelamin manusia yang berbeda dengan laki-laki. Dalam bahasa Sansekerta, kata perempuan diambeil dari kata per+empu+an. Per, memiliki arti makhluk, dan empu yang berarti mulia, tuan, mahir. Dengan demikian, perempuan dapat demikian sebagai makhluk yang memiliki kemuliaan atau kemampuan. Dalam definisi lai, dalam Kamus Besar Bahasa Ilmia, perempuan adalah orang atau manusia yang mempunyai vagina, biasanya dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak atau menyesui.

Sementara defenisi gerakan perlawanan yang dilansir dari Wikipedia, adalah sebuah upaya terorganisir oleh beberapa bagian populasi sipil dari sebuah Negara untuk mengulingkan pemerintahyang berdiri sah atau penjajah/pasukan pendudukan yang mengganggu stabilitas dan ketertiban umum. Gerakan tersebut berupaya mewujudkan misinya melalui perlawanan tanpa kekerasan (terkadang disebut perlawanan sipil), atau dengan mengunakan senjata.

Indonesia mempunyai sejarah yang begitu rumit, dengan berbagai macam penindasan. Dimasa penindasan itu, selain laki-laki, kaum perempuan juga turut dalam berjuang. Mereka relakan dara dan tenagah untuk kemerdekaan dan kebebasan bangsa. Dikutip dari buku Triana Wulandari, Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan, ada sosok perempuan bernama Maria Marta Tiahau disana. Penghisapan, penghinan, dan penindasan yang di lakukan oleh pemerintahan kolenial menyebabkan Maria Marta Tiahau tampil memimpin perjuangan demi mengentaskan pendiritaan rakyat dengan segalah daya, upaya, dan pikiranya. Ketulusan dan keteladanan Maria Marta Tiahau patut di kenan.

Selain Maria Marta Tiahau, ada juga Hr. Rasuna Said, pada masa pergerakan nasional, Hr, Rasuna Said selalu tampil diberbagai organisasi dan forum. Tak jenuh-jenuh ia menyampaikan aspirasi agar hak-hak rakyat dipenuhi oleh pemirintahan kolonial. Sungguh tidak etis rakyat pribumi sebagai pemilik sah republik ini, hidupnya penuh dengan pendiritaan. Idealisme itu mendapat dukungan dari sesama reakan perjuangan.

Tak hanya Hr. Rasuna Said, ada juga perjungan perempuan yang berasal dari Aceh, dia adalah Cut Nyak Dien. Dalam sejarah nasional, Cut Nyak Dien dikenal sebagai perjuangan perempuan yang tangguh dalam memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Baik kawan maupun lawan sangat segan dan menaruh hormat terhadap kegigihan pejuang perempuan dari Aceh itu. Ia mempunyai integritas dan moralitas yang tinggi dalam kepemimpinan. Bujuk rayu dan iming-iming yang bersifat material duniawi tidak pernah menggoyahkan semangat perjuangannya. Demi kepentingan bangsa dan negaranya, Cut Nyak Dien rela berkorban.

Tak ketinggalan pula salah satu tokoh perempuan yang perjuangannya patut kita teladani, dia adalah R.A. Kartini. Dengan senjata pena, beliau menulis keperihatinannya terhadap kondisi perempuan dibawah pemerintahan Belanda. Dari tulisan-tulisan yang dikirim dan diterima Kartini melalui surat-menyurat semakin membawa Kartini dalam gerakan perjuangan yang lebih dekat dengan mereka yang di perjuangkan. Selain itu, Kartini juga dikenal sebagai wanita yang memiliki keberanian membela emanisipasi wanita karena pada masa itu budaya patriarki masih melekat ditanah Jawa.

Pada prinsip dasar yang kemudian itu dipakai dan dipublikasi langsung oleh salah satu tokoh berpengaruh yaitu datuk Ibrahim Malaka. Ia mengemukakan, konsep perjuangan dan proses terbentuknya kesadaran dalam gerakan seharusnya berdasaskan pada benturan yang kongkrit sehingga melahirkan pembentukan watak yang nyata. Di era modersasi ini seharsunya pendidikan mampu dijangkau oleh seluruh elemen masyarakat tidak terlepas dari keterbukaan pendidikan bagi kaum perempuan, akan tetapi dengan realita yang real hari ini tingkat kesadaran tentang emansipasi perempaun dan turut sertakan diri dalam medan juang telah mengalami degradasi yang begitu kuat. Perempuan tidak lagi turut terlibat dalam perjuangan secara vulgar, perempuan telah terlindas dalam arus globalisasi. Alhasil perempuan-perempuan pada masa kini mulai lupa dengan sejarah gerakan perempuan serta identitas perempuan yang kemudian itu diyakini sebagai rahim peradaban dan perubahan.

Padahal masa sekarang tantangan perempuan lebih kompleks, apalagi saat ini kemajuan perempuan semakin membaik dan ruang gerak perempuan juga terbuka. Perempuan dimasa sekarang terlalu terkoptasi terhadap arus globalisasi sehinggah perempuan lebih mengutamakan penampilan dibandingkan perjuangan, benturuan-benturan yang kemudian terjadi pada perempuan seharusnya bisa menjadi pelajaran agar dapat bangkit untuk melawan berbagai penindasan terhadap perempuan.

Dari sejarah tokoh-tokoh perempuan diatas, kita bisa mengambil pelajaran tentang perjuangan dan semangat serta jiwa yang rela mati demi memerdekakan bangsa ini. Berkat kegigihan dan semangat mereka, akhirnya bangsa ini terlepas dari penindasan dan terbebas dari penjajah. Semangat serta spirit perjuangan mereka patut diteladani. Harapan saya, perempuan Indonesia bisa maju, memiliki jiwa pemberani, cerdas, berprestasi dan mampuh bersaing untuk mengambil kebijakan dalam rana nasional atau internasional serta turut terlibat memimpin Negara.

Akhir dari saya, tetaplah menjadi perempuan yang berani melawan segalah bentuk penindasan, teruslah berjuang untuk kemerdekaanmu. Jangan pernah menyerah sebab hidup adalah pelajaran untuk mencapai kesuksesan. (**)

Share:
Komentar

Berita Terkini