Perempuan dan Kepemimpinan

Editor: Admin

Foto istimewa 
 Oleh

Cak Zikal 

Ketua Umum DPP GENINUSA

Kepala Sekretariat PP ISNU

Konsepsi wasathiyah Islam mendukung peran publik perempuan tanpa meninggalkan kodrat domestiknya sebagai ibu yang melahirkan anak. Datang dengan semangat egalitarianisme, Islam merobohkan tradisi jahiliyah yang memandang anak perempuan sebagai aib. Mereka pada waktu itu mengubur anak perempuan hidup-hidup. Sedangkan Islam datang menyejajarkan laki-laki dan perempuan. 

Perempuan nita mukminah yang taat dan salehah disebut sejajar dengan lelaki mukmin yang taat dan salehah disebut sejajar dengan lelaki mukmin yang taat dan saleh. Dalam sejarah, perempuan punya kiprah dalam ke pemimpinan politik. Di negara demokrasi, banyak perempuan terpilih sebagai presiden atau perdana menteri. 

Sebelum Indonesia merdeka, Kesultanan Aceh Darussalam pernah dipimpin seorang perempuan hebat, bertahta selama 34 tahun (1641-1675 M), bernama Ratu Shafiatuddin. Kerajaan Samudera Pasai juga pernah dipimpin seorang ratu, bernama Ratu Nahrasiyah, berkuasa 1405-1428 M. Dalam sejarah Islam, Siti Aisyah r.a. adalah istri Nabi yang terlibat diranah publik. 

Selain rawi hadis yang hebat, Aisyah juga mendampingi Nabi dalam sejumlah ekspedisi militer (maghazi). Sepeninggal Nabi, Aisyah terlibat dalam pergolakan politik, yang puncaknya terjun di perang Unta. Istri pertama Nabi, Siti Khadijah r.a., juga berkiprah diranah publik sebagai pebisnis.

Era modern, kiprah politik perempuan lebih luas, keterlibatan mereka didalam jabatan-jabatan publik, termasuk politik, didukung oleh kebijakan afirmatif yang menetapkan kuota bagi perempuan. Kendatipun semangat Islam adalah egalitarianisme, butuh perjuangan bagi perempuan untuk berdiri sederajat dengan laki-laki. 

Disejumlah Negara Islam, perempuan dibatasi kiprahnya di sektor domestik. Jangankan menjadi pemimpin, haknya untuk bekerja dan beraktivitas diluar rumah dibatasi. Justifikasi yang digunakan adalah nash keagamaan yang ditafsirkan “diskriminatif” terhadap perempuan. Sering kali oknum menggunakan senjata dengan berujar “Sepanjang masih ada lelaki yang becus, takkan pernah laki-laki dipimpin perempuan.” Tentunya hal ini menarik bukan untuk dikaji khusunya bagi para kaum hawa? (Red/tim)

Share:
Komentar

Berita Terkini